24 October 2008

Masya Allah Fathia

Judul Novelet : Masya Allah, Fathia!
Pengarang : Eka Wardhana
Penerbit : PT. Syaamil Cipta Media
Cetakan : Pertama, April 2002
Tebal : (vii+64) halaman
Harga : Rp. 13.000,00
Dari waktu ke waktu seiring dengan modernisasi, minat membaca anak semakin pudar. Bagaimana anak bisa memasuki tahap bacaan yang lebih berat apabila tidak ada minat dan perasaan cinta baca sejak dini?
Sulitnya mencari bacaan yang relevan dan bernuansa islami serta dapat memberikan kerangka nilai yang sulit dicover oleh nasihat dan terkadang terlalu berat untuk dicerna anak inilah yang tampaknya membuat Eka Wardhana ingin menyuguhkan bacaan yang bermanfaat dan menhibur bagi anak muslim.
Novelet berjudul Masya Allah, Fathia! ini mengisahkan tentang kehidupan seorang anak berusia 10 tahun yang lincah dan cerdas bernama Fathia. Ia tinggal di Panti Asuhan Ar-Rahmah yang diasuh oleh Bu Neni bersama tujuh orang anak yatim piatu lainnya sejak mamanya yang seorang ahli ramuan tewas diracun oleh para peracun.
Fathia belajar ramuan pada Nenek Dobadoncing, seorang ahli ramuan yang hebat. Tempat tinggalnya tidak diketahui dan asal-usulnya misterius.
Suatu hari, pemilik rumah kontrakan yang ditempati sebagai panti, datang menagih uang kontrakan yang sudah 5 bulan menunggak. Hal inilah yang menyebabkan Bu Neni mencari orang kaya yang mau mengadopsi salah satu anak asuhnya dan menjadi penyumbang tetap panti tersebut. Hingga pada suatu sore, Fathia diadopsi oleh Bu Vita. Bu Vita memiliki anak seusia Fathia bernama Kartika. Kartika lumpuh dan harus duduk di kursi roda selamanya.
Bu Vita pergi ke Australia, seminggu kemudian Fathia melihat Kartika diracun. Untunglah Fathia berhasil membuat penawar racun. Pada pagi harinya, Tante Jen (Adik Papa Kartika) mengabarkan bahwa Bunda Kartika ditemukan tewas diracun di kafe bandara.
Kartika dan Fathia akhirnya tahu bahwa Bu Vita diracun oleh Tante Jen dan Om Jimi, yang juga merupaka adik Papa Kartika. Tante Jen dan Om Jimi juga berencana untuk membunuh Kartika dan Fathia.
Hingga pada akhirnya, Kartika dan Fathia ditolong oleh Kakek Kartika, Tante Jen dan Om Jimi ditangkap polisi, sedangkan seluruh panti dipindahkan ke rumah Kartika yang besar. Kartika diajarkan sholat dan berdoa oleh Bu Neni dan Fathia, sehingga ia dapat mendoakan orangtuanya.
Buku ini secara tidak langsung menanamkan nilai-nilai keagamaan dan indahnya persaudaraan. Anak juga disuguhkan dengan bacaan ringan yang tak jauh dari realita, bukan hanya khayalan yang mengada-ada.
Dikemas dengan bahasa yang lazim digunakan anak, membuat anak tidak mudah jenuh membaca sekaligus mananamkan rasa cinta baca pada anak.
Kelemahan buku ini terletak pada akhir/ending cerita yang cukup menggantung, sehingga membuat anak sulit mencernanya.